MUSEUM BEKASI, BANGUNAN BERSEJARAH BERBALUT MUSEUM MODERN BERBASIS DIGITAL (BAGIAN 1)

Bagi warga Bekasi, khususnya yang berdomisili didaerah Tambun, pasti sudah tidak asing lagi dengan Gedung Juang 45. Gedung Juang 45, atau orang sekitar menyebutnya Gedung Tinggi, dahulu dijadikan pusat pemerintahan. Orang-orang menyebutnya Gedung Tinggi karena dahulu gedung ini merupakan gedung tertinggi di daerah Tambun. Namun sejak tahun 2021, gedung ini direvitalisasi dan kemudian dibuka untuk umum sebagai museum. Di dalam museum ini, kita akan menyaksikan cerita Bekasi dari masa ke masa, dari zaman penjajahan, hingga saat ini.



Museum Bekasi menghadirkan media pembelajaran yang bernuansa modern. Mengikuti perkembangan zaman, dan mengetahui semakin sedikitnya minat anak muda untuk berkunjung ke museum, maka Museum Bekasi hadir dengan informasi yang disajikan hampir semuanya menggunakan media digital. Hal ini tentu saja tidak membuat bangunan museum menjadi berubah total. Bangunan bagian luar masih terlihat kokoh dan asli seperti dahulu,tidak ada sedikitpun eksterior yang diubah. Mulai dari dinding, atap, hingga lantai semuanya asli dari pemilik sebelumnya. Pemerintah Kabupaten Bekasi hanya mengubah bagian taman yang bagian depannya dibuat kolam.



Dahulu Gedung Juang 45 ini adalah milik seorang bangsawan Tionghoa sebelum akhirnya diambil alih oleh Belanda. Museum Bekasi memiliki halaman parkir yang sangat luas. Tanah bagian depannya ada yang dibuat kolam dengan air mancur. Kolam ini dikelilingi 7 tiruan prasasti yang kesemuanya merupakan prasasti yang ditemukan di sekitar daerah Jawa Barat. Dan juga suasananya sangat rindang karena banyak pohon disekeliling kolam. Tidak hanya itu, juga disediakan banyak tempat duduk oleh pihak museum di luar sehingga pengunjung juga dapat menikmati keindahan Museum Bekasi dari luar.



Walaupun gedung ini sudah berusia lebih dari 100 tahun, namun dari luar gedungini terlihat masih sangat kokoh. Gedung ini memiliki 2 lantai dengan atap yang sangat tinggi. Dan apabila diperhatikan lantainya, setiap ruangan memiliki lantai yang berbeda-beda coraknya. Hal ini tentu menambah keunikan dari Museum Bekasi. Selain itu dapat dilihat juga di bagian paling atas gedung ada ruangan kecil yang dikelilingi oleh jendela kaca. Itu merupakan tempat dimana dahulu bangsawan Tionghoa pemilik gedung ini mengamati lahan perkebunannya yang sangat luas di sekeliling gedung.



Walaupun ini merupakan gedung lama, namun tidak mengurangi fasilitas yang disediakan oleh pihak Museum Bekasi. Di seluruh penjuru museum Bekasi sudah dipasang Air Conditioner, sehingga pengunjung tidak akan merasa kepanasan saat berada di dalam museum. Selain itu museum ini juga tersedia tour guide yang senantiasa membantu untuk memberikan informasi yang ada dalam museum dan sejarah Bekasi. Namun jangan khawatir, apabila pengunjung tidak ingin memakai tour guide, pengunjung dapat mengakses informasi secara lengkap melalui gadget-gadget yang tersedia di setiap ruangan museum.



Ketika pertama masuk, pengunjung akan disambut dengan ramah oleh resepsionis yang berjaga di depan museum. Pengunjung akan ditawarkan, apakah pengunjung berkenan memakai tour guide atau tidak. Tour guidedan pegawai museum pun sangat ramah dalam melayani pengunjung. Untuk diketahui, museum buka dari jam 9.00 hingga jam 18.00 dari hari Selasa hingga Minggu. Pada hari Senin dan hari libur nasional museum tutup. Biaya masuk ke museum ini adalah gratis alias tidak bayar. Pengunjung bisa leluasa keluar masuk museum tanpa adanya batas waktu. Pengunjung pun juga bebas untuk mengambil gambar dan membuat video di dalam museum, namun harus tetap menaati peraturan yang ada dalam museum karena ada beberapa benda yang tidak diperbolehkan difoto.



Masuk ke ruangan pertama, pengunjung akan disambut oleh foto-foto bupati Kabupaten Bekasi dari masa ke masa. Dari masa penjajahan, sampai Bapak Eka Supria Atmaja, S.H yang menjabat sebagai bupati Kabupaten Bekasi saat ini. Tidak hanya foto para pemimpin Bekasi, di tengah-tengah ruangan juga disediakan gadget dengan layar sangat lebar yang memuat biografi dari para pemimpin tersebut. Pengunjung dapat menekan foto dari bupati yang fotonya berada di layar gadget, bisa melihat kisah hidup dan perjuangan dari bupati atau pemimpin tersebut.



Masuk ke ruangan kedua, akan disajikan informasi mengenai Bekasi pada masa prasejarah, dimana disana akan dijelaskan mengenai peninggalan-peninggalan bersejarah yang ditemukan di sekitar Bekasi selama masa praaksara. Tidak hanya memuat informasi atau infografis, di ruangan ini juga banyak terdapat benda-benda peninggalan sejarah berbentuk fisik, seperti perhiasan dan batu-batuan. Namun, di atas benda-benda ini, terdapat tulisan yang berisi larangan untuk memotret dan mendokumentasikan benda-benda ini dalam bentuk apapun.



Masuk ke ruangan kedua, akan disajikan informasi mengenai Bekasi pada masa prasejarah, dimana disana akan dijelaskan mengenai peninggalan-peninggalan bersejarah yang ditemukan di sekitar Bekasi selama masa praaksara. Tidak hanya memuat informasi atau infografis, di ruangan ini juga banyak terdapat benda-benda peninggalan sejarah berbentuk fisik, seperti perhiasan dan batu-batuan. Namun, di atas benda-benda ini, terdapat tulisan yang berisi larangan untuk memotret dan mendokumentasikan benda-benda ini dalam bentuk apapun.



Yang tidak kalah menarik perhatian adalah sebuah tiruan kerangka manusia yang berada di pinggir ruangan. Kerangka manusia yang panjangnya sekitar 1,6 meter tersebut merupakan tiruan kerangka manusia Buni yang ditemukan di Karawang. Kerangka asli tersebut kini berada di Museum Situs Cagar Budaya Batujaya, Kabupaten Karawang. Manusia Buni ini ditemukan di kedalaman 1 meter di bawah dasar sebuah candi di kawasan percandian Batujaya. Keterangan mengenai benda-benda prasejarah yang dipajang di ruangan tersebut dapat diakses melalui sebuah gadget yang berbentuk seperti papan bermain tenis meja yang diletakkan di tengah-tengah ruangan. Pengunjung bisa bebas mengakses informasi apapun melalui gadget tersebut hanya dengan menyentuh layarnya menggunakan tangan.



Selanjutnya pengunjung akan diajak untuk masuk ke sebuah ruangan dimana itu merupakan ruangan khusus untuk menceritakan Kerajaan Tarumanagara, sebuah kerajaan bercorak agama Buddha yang yang diduga dahulu terletak di sekitar Bekasi, Jawa Barat. Kerajaan ini diduga berasal dari abad ke-5 sampai abad ke-7 Masehi. Pengunjung bisa melihat foto-foto peninggalan dan juga raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Tarumanegara, disertai penjelasan perjalanan kerajaan dari masa ke masa. Tidak hanya itu, pengunjung juga akan disajikan mengenai daftar arca atau candi-candi peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang berada di daerah sekitar Bekasi disertai penjelasannya. 



Melanjutkan perjalanan ke ruangan selanjutnya, pengunjung akan melalui sebuah lorong yang pendek, yang menghubungkan menuju ke ruangan lain. Di ujung lorong, pengunjung dapat memasuki sebuah ruangan dimana ruangan ini akan bercerita mengenai Bekasi di abad ke-8 hingga abad 16. Pertama kali memasuki ruangan, pengunjung akan disambut oleh sebuah diorama, dimana diorama ini menceritakan mengenai Perang Bubat terjadi pada masa kerajaan Padjajaran. Perang Bubat ini merupakan perang yang terjadi antara Kerajaan Padjajaran yang dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja dengan kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Hayam Wuruk yang diawali permasalahan pernikahan putri dari Sri Baduga Maharaja dengan Hayam Wuruk. 



Diorama mengenai perang Bubat itu merupakan satu-satunya diorama yang berada di ruangan tersebut. Ruangan berdinding putih yang megah tersebut dikelilingi oleh peninggalan-peninggalan kerajaan yang berupa kendi, piring, ataupun surat-surat bertulisan di daun lontar beserta terjemahannya. Tidak meninggalkan kesan museum modern, di tengah ruangan juga dilengkapi dengan layar besar augmented reality. Alat ini juga sangat membantu pengunjung apabila ingin mengetahui sejarah Kerajaan Padjajaran, merangkum semua kisah yang diceritakan diruangan tersebut.



Di ruangan selanjutnya, dekat dengan tangga menuju ke lantai atas. Di ruangan ini, ditampilkan surat-surat mengenai hubungan politik dan dagang Kerajaan Sunda dengan Portugis sejak tahun 1512. Hubungan politik dengan Portugis ini dipimpin oleh raja Kerajaan Padjajaran, Sri Baduga Maharaja. Selain diceritakan bagaimana hubungan antara Padjajaran dan Portugis, juga tampilkan mengenai peninggalan sejarah sebagai bukti bahwa pernah terjadi hubungan politik antara Kerajaan Padjajaran dengan Portugis.


This is the end of Part 1. See you at Part 2 on the next article!


Comments

Popular Posts