MEMORI KISAH MASA KECILKU 6

BAB 4: KEMAH LAGI


Kemah lagi, kemah lagi. Itulah yang ada di benak saya ketika saya mendapatkan surat edaran. Kali ini kami mengambil tempat di sekolah. Saya berangkat kemah dengan kakek saya. Sampai sana, saya menaruh barang-barang saya di kelas atas, lalu turun lagi untuk melaksanakan upacara pembukaan. Untunglah saat itu masih pagi, jadi tidak terlalu panas seperti di BUPERTA. Yang di BUPERTA itu sih gila. Setelah upacara, kami diberi tugas untuk membereskan ruang kelas kami yang nantinya digunakan untuk tidur. Kami mengeluarkan bangku dan kursi dari kelas. Lalu kami menyapu kelasnya dan mengelap-lap tembok dan jendelanya. Pokoknya semuanya bersih. Lalu kami memberi alas karpet. Setelah itu kami memindahkan tas kami dari atas ke kelas dan mengesetnya. 

Setelah kami membereskan ruangan kelas, kami diberi waktu sebentar untuk istirahat. Ini cukup melelahkan. Setelah istirahat, waktu telah menunjukkan jam 12 siang. Saya membawa piring saya untuk makan di ruang kelas 3B, di seberang. Disana saya disuguhi makanan parasmanan dan minuman yang boleh diambil sesuka hatinya. Apalagi makanannya enak-enak. Ada nasi goreng, nasi uduk, ayam, mie, telur, lalapan, sambal, dan segala macam. Ya ini lebih baik daripada PERJUSA kemarin. Kelas 3B penuh sesak oleh banyak anak. 

Setelah acara makan itu, kami disuruh berkumpul di lapangan untuk game. Di game ini ada 4 pos, masing-masing 15 menit. Pos pertama yang saya jalani adalah pos tali temali. Kami diminta membuat tandu. Di pos ini kami gagal karena kami tidak bisa membuat tandu sampai selesai dalam waktu 10 menit. Lalu saya berpindah ke pos 2. Di pos ini kami diminta berbaris sambil melebarkan kakinya, membentuk terowongan. Cara mainnya, orang yang di paling belakang akan merangkak melewati bawah orang yang melebarkan kakinya untuk sampai ke depan. Lalu yang paling belakang lagi merangkak ke depan, begitu seterusnya sampai semuanya kembali ke posisi awal. Jadi disini ada 2 regu yang bertanding. Kami berlomba. Namun lagi-lagi kami kalah. Memalukan memang. 

Di pos ketiga, kami lagi-lagi berbaris dan kaki kami membentuk terowongan. Kali ini tugas kami adalah mengoper bola ke belakang. Jadi, orang paling depan akan menunduk dan mendorong bola ke belakang lewat bawah. Bola itu tidak boleh keluar hingga sampai ke orang paling belakang. Lalu orang paling belakang akan berlari ke depan dan melakukan hal yang sama sampai semuanya kembali ke posisi semula. Ya, memang hampir sama sih dengan permainan yang sebelumnya. Ya, memang sama, sampai kami kalah lagi karena kurang cepat. Bola kami keluar terowongan terus. Jadi capek ngejar-ngejarnya.

Sayangnya, saat kami berada di pos keempat, hujan turun dan membuat kami harus kembali ke kelas. Padahal pos keempat ini adalah yang paling seru, yaitu menebak sandi morse yang dibunyikan dengan peluit. Seru sekali, pikir saya. Tetapi kami harus merelakan game keempat ini karena hujan turun. Menyebalkan. Saya jadi harus berdiam diri di kelas sambil memandang hujan. Kalau sudah seperti ini, pasti banyak yang tepar di karpet atau nyanyi-nyanyi sambil joget-joget di koridor. Dan lagunya tidak enak sama sekali. Saya jadi tambah bete. Yang ada cuma suara hujan ditambah lagu-lagu yang tidak jelas.

Senja pun datang. Saya dan teman-teman saya akan mandi. Namun lagi-lagi kamar mandi penuh. Nggak di lantai 1, di lantai 2 semua kamar mandi penuh. Saya mulai stress nungguin giliran. Kalau sudah dapat, lagi-lagi digedor-gedor. Saya jadinya sikat gigi dan cuci muka dulu di wastafel agar mandinya cepat. Padahal sudah cepat, tapi masih digedor-gedor. Maunya mereka apa sih.

Setelah kegiatan mandi yang begitu panjang, kami diminta untuk latihan menari untuk api unggun nanti. Sambil kami latihan menari di kelas, para guru menyiapkan kayu api unggun di luar. Regu saya membawakan Tari Tor-Tor dari Sumatera Utara. Itulah kenapa kami disuruh membawa ulos. Untung saja ibu saya punya ulos. Setelah diberi waktu latihan kurang lebih sejam, kami diminta berkumpul di lapangan. 10 orang pinru sudah berkumpul di depan ruang guru. Mereka terlihat membawa obor yang belum dinyalakan. Obor ini nantinya akan dinyalakan untuk api unggun.

Setelah itu kami diminta untuk membentuk lingkaran besar di lapangan, mengelilingi api unggun. Regu saya memakai ulos mereka masing-masing karena setelah api unggun ini kami langsung mengadakan pensi.

Acara dibuka dengan menyanyikan himne pramuka. Setelah lagu selesai, tiba-tiba lampu yang menyorot lapangan dimatikan. Suasana menjadi gelap gulita. Lalu suara kepala sekolah pun berkumandang. Ia membawakan salam pembuka di awal api unggun. Setelah itu dilanjutkan dengan doa singkat. Kemudian mulailah acara api unggun. 10 pinru yang membawa api unggun pun berlari mengelilingi api unggun sambil mengucapkan dasa dharma. Setelah itu, obor dilemparkan ke kayu-kayu tersebut. Para guru menyiram minyak tanah agar api membesar. Api unggun kami besar sekali. Kami menyanyikan himne pramuka dan lagu-lagu lainnya. Ini sangat menyenangkan.



Comments

Popular Posts