MEMORI KISAH MASA KECILKU 7
BAB 4 Part 2
Setelah itu, kami langsung mengadakan pensi. Dan sialnya, regu pertama yang tampil adalah regu saya. Seperti tidak ada regu lain yang lebih baik saja, mentang-mentang regu saya adalah regu paling hancur dan paling sial. Regu saya ini minim persiapan, baru latihan hari ini. Bagaimana bisa hafal gerakannya. Sebelum maju, saya berpesan pada mereka, "Ikuti saja gerakan tubuhmu kemanapun, jangan pikirkan jenis gerakan apa itu. Gerakkan saja." Saya pikir saya jadi seperti motivator ini. Padahal saya tahu saya sesat. Ya daripada diam membatu, kan lebih baik gerak. Setelah itu, yang lain diinstruksikan untuk membentuk setengah lingkaran. Saya dan regu saya berada di depan mereka. Musik pun mulai. Saya bingung. Ini gimana ya. Gerakannya gimana. Berapa kali. Saya hanya gerak-gerak tidak jelas. Teman-teman saya tertawa. Kenapa kalau ada saya semuanya hancur? Para guru memberikan semangat pada kami. Bahkan mereka juga ikut menari bersama regu kami. Duh malunya. Pasti mereka berpikir, ketua regunya kok nggak hafal. Masalahnya mereka menari di sekeliling saya. Jadi saya nervous sendiri. Padahal kalau dipikir-pikir bukan cuma saya yang gerakannya hancur, tetapi karena saya ada di depan, jadi saya yang paling diperhatikan.
Saya duduk di koridor sambil melihat penampilan berikutnya. Saya membawa permen karet. Ada 2 bungkus permen karet saya bawa. Tetapi teman-teman saya melihatnya dan meminta permen karet saya sampai yang tersisa hanya 3 buah. Saya langsung menyembunyikan permen itu di kantong saya. Penampilan teman-teman saya yang lainnya sangat unik, bahkan terkesan terlalu kreatif. Ada salah satu regu putra yang membentuk sebuah band, tetapi alat musiknya dari barang bekas. Seperti drum dari galon, krecekan dari botol yang diisi beras, tamborin dari tutup s-tee yang disusun sedemikian rupa, dan banyak lagi. Mereka juga memakai keyboard mainan kecil yang dibeli di abang-abang, yang cuma ada 1 oktaf saja. Suaranya lucu sekali. Lalu mereka memakai saxophone mainan, tamborin tambahan yang juga mainan, lalu ada lagi drum-druman yang dibeli di abang-abang, harmonika, pianika, triangle dan recorder. Bahkan ada juga salah satu anggota regu mereka yang membawa seruling ala ala Kabayan. Kostum mereka cukup lucu. Mereka memakai mahkota kertas Burger King yang aneh, memakai sarung ala Kabayan, dan dandanan yang seperti badut. Mungkin mereka make-up sendiri. Lagu yang dibawakan juga lagu yang aneh.
Ada sekitar 3 lagu yang mereka bawakan. Lagu pertama yaitu lagu keroncong, pakai bahasa Jawa yang belepotan. Lalu lagu kedua lagu seriosa yang tidak jelas karena suara mereka fals. Yang terakhir adalah lagu galau. Malam-malam begini, nyanyi lagu galau. Saya heran dengan pola pikir mereka. Selain itu, ada juga banyak penampilan lagi. Ada juga dari regu putra yang lebih normal dan lebih berfaedah. Ada pinru yang memainkan keyboard lagu Yamko Rambe Yamko, lalu anggota regunya menari di tengah lapangan. Kegiatan kami sangat seru malam ini, ditemani cahaya api unggun kami bergembira.
Setelah itu kami disuruh untuk istirahat sebentar karena nanti ada ibadat malam. Ini melelahkan sekali, sih. Saya sedang selonjoran di tembok kelas ketika tiba-tiba salah satu anggota regu saya, Della datang sambil marah-marah. Dia ngomel karena gerakan kami tidak bagus, tidak sesuai. Semuanya takut padanya. Tapi saya tidak. Kalau dipikir-pikir, siapa ketua regunya? Kan saya ketua regunya, kenapa dia yang marah-marah? Saya saja tidak marah-marah. Bahkan saya sudah bilang pada mereka, tidak hafal tidak apa-apa yang penting gerak. Dia itu kesurupan ya? Saya hanya selonjoran sambil menyindir dia, "Woy, jangan marah-marah woy!" Sepertinya Della itu tidak berani memarahi saya karena saya ketua regu. Setelah dia pergi, banyak adik kelas yang mengadu ke saya. Saya bilang, jangan dipikirin, biar aja. Dia lagi kesurupan.
Sirine berbunyi. Tandanya kami harus sudah berkumpul di halaman untuk ibadat malam. Saya berbaris dengan regu saya. Sudah rapi, namun salah seorang guru mengatakan kami harus berbaris sesuai dengan kelas kami. Kenapa tidak bilang daritadi? Saya berbaris dengan teman sekelas saya. Anak-anak kelas 5 sudah digiring duluan ke kelas 4C diatas, dekat tangga. Lalu kami digiring menuju aula di lantai 2, di pojok. Semua lampu kelas yang kami lewati selama ke aula dan lampu koridornya mati. Di luar hujan dan petir menyambar-nyambar. Lantai koridor ini agak becek karena hujan, jadi kami harus berhati-hati.
Di aula itu, kami diberi motivasi, ceramah, dan pencerahan agar kami jangan takut untuk menghadapi UN. Lalu kami juga melaksanakan ibadat pada malam itu. Kegiatan ini menjadi kegiatan terakhir yang saya laksanakan pada hari itu. Besok, kami sudah mulai beres-beres untuk pulang. Diawali dengan kegiatan senam pagi, lalu kerja bakti, sarapan, selanjutnya upacara penutup. Tak terasa kemah kali ini sangatlah menyenangkan, walaupun agak-agak absurd. Tetapi saya menikmatinya. Saya harap, saya bisa mengikuti kemah yang lebih menantang lagi.
Comments
Post a Comment