MEMORI KISAH MASA KECILKU 9

BAB 5 Part 2


Seminggu sudah lewat pekan UN. Saya sangat lega. Nah, sisanya acara kami paling hanya foto-foto untuk buku kenangan saja, lalu libur. Setelah libur, kami masuk sekali untuk merayakan perpisahan di aula Strada lantai 5. Sebelum ini tentu kami sudah melakukan banyak latihan untuk kami tunjukkan saat perpisahan nanti, seperti latihan menari, band, ataupun menyanyi. Semuanya menampilkan penampilan terakhirnya yang terbaik. Beda dengan kelompok kami yang bahkan masih bingung setelah berkali-kali latihan. Kelompok ini semi-hancur sih. Bahkan kami hampir dibubarkan bapak ibu guru karena tak pernah serius latihan. Ketua kami jadi harus berdebat dengan Bu Marni agar kami masih diizinkan untuk tampil. Setelah perdebatan yang panjang, bahkan sampai ada acara nangis-nangisnya, kami diizinkan untuk tampil. 

Waktu itu kami tidak punya banyak waktu. Jadi kami memanfaatkan sisa waktu latihan. Kami memutuskan untuk menari lagu Kupu-Kupu diiringi alunan keyboard ketua kami, Grace. Dan saya akui saya agak malu juga sih. Ya bagaimana tidak malu, gerakannya dan lagunya terlalu kekanak-kanakan. Saya jadi agak jijik. Bahkan kelompok kami sempat menerima cemoohan dari tim lain. Mereka menyuruh kami untuk sebaiknya tidak tampil daripada malu-maluin sekolah. Saya pikir, mereka sombong sekali telah menghina tim saya. Bahkan Grace sampai menangis. Kami tidak membalasnya. Ya, kami tahu kekurangan kami. Dan kami akan berusaha memperbaikinya.

Tibalah saatnya di sekolah mengadakan acara perpisahan. Pagi hari, saya agak kesiangan bangunnya. Kedua orang tua saya juga masih tidur. Saya panik dan cepat-cepat mandi. Setelah itu saya berangkat duluan naik Grab. Orang tua saya sudah janji akan menyusul. 

Acara perpisahan dibuka dengan salam pembuka dari kepala sekolah kami, Bu Budi. Lalu dilanjutkan dengan doa pembuka. Acara dilanjutkan dengan penampilan dari para murid. Saya menuju backstage untuk bersiap-siap. Saya sangat gugup. Persiapan kami terbilang belum maksimal, jadi saya sangat gugup. Setelah penantian panjang di backstage, tibalah saatnya kami untuk tampil. Lagu yang kami bawakan adalah ‘Kupu-Kupu’. Saya sangat gugup bercampur malu, sampai saya tidak fokus. Saya menahan tawa diatas panggung. Lalu setelah penampilan yang amat singkat tadi, kami akhirnya turun panggung. Lega rasanya. Tiba-tiba saja ketua kami menangis di backstage. Entah kenapa dia menangis. Mungkin dia terharu karena penampilan kami yang terlalu bagus? Atau dia kecewa karena penampilan kami yang terlalu jelek? Karena dia menangis, jadi kami lama kembali ke aula. Setelah dia agak tenang, kami memutuskan untuk kembali ke aula karena backstagenya sudah mulai penuh dengan penampilan selanjutnya.

Setelah selesai semua rangkaian acara, tibalah di penghujung acara, yakni pengumuman kejuaraan. Nah ini yang saya tunggu-tunggu. Saya deg-degan. Kepala sekolah naik ke panggung. Ia membacakan nama sepuluh besar nilai UN, dimulai dari ranking sepuluh. Saya panik sekali. Bagaimana ya kalau saya tidak mau sepuluh besar? Saya melihat orang tua saya di belakang. Mereka sedang asyik makan kue dari panitia. Yah.. tidak ada yang menyemangati saya? Lalu tibalah saat juara 1. Sejak tadi nama saya tidak dipanggil. Apakah ini saatnya? “Siapa yang kira-kira juara 1 ya?” kata kepala sekolah, terkesan melama-lamakan. Kata-kata itu sudah diucapkan berulang kali, sampai suasana tambah menegang. Dan ya.. sesuai perkiraan. Nama saya dipanggil. Jantung saya ingin copot saja rasanya. Saya membeku. Lalu saya dorong-dorong oleh teman-teman saya ke panggung. Saya menangis. Hal yang paling memalukan adalah saya tersandung di tangganya karena mata saya buram karena air mata. Sepertinya tidak banyak yang menyadarinya, hanya kepala sekolah. Ia tertawa, lalu menuntun saya keatas panggung. Saya masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. Intinya, saat ini saya sangat senang. 



Comments

Popular Posts