POEM: RAY

By: dr. Tessa


Ketika diriku memandang birunya langit nan luas

Aku selalu teringat saat itu

Saat-saat yang kusesali

Seharusnya aku tidak ada disitu

Seharusnya itu tidak pernah terjadi

Aku berada di tempat dan waktu yang salah

Dengan orang yang salah pula


Aku tahu

Semua yang bahagia untukku hanya sesaat

Lalu kemudian meninggalkan rasa perih yang berkepanjangan

Aku sangat tahu itu

Namun aku tidak pernah jera akan itu

Aku berlalu meninggalkan lukaku

Dan berkelana kembali

Seolah mencari luka kembali


Siklus ini akan terus berlanjut

Dan aku akan merasakan sakit berkali-kali

Dan benar saja

Tak lama berselang, aku menemukan dirinya

Di tengah kerumunan remaja yang sedang memadu kasih

Aku terpesona menatap netra jelaganya

Ia menatapku kembali, meninggalkan rona merah di kedua pipiku


Hari itu, minggu festival

Kami dipertemukan karena sebuah kelompok

Sebelum itu kami hanyalah dua orang asing yang sebatas kenal teman sekelas, tidak lebih

Dia disana, aku disini

Kami begitu jauh

Baik fisik maupun hati

Dan tanpa sadar aku jatuh cinta padanya

Karena terbiasa bersama


Senyumnya yang cerah seolah menyinari dunia gelapku

Memberiku semangat, harapan

Untuk menggapai tangannya

Dan aku seolah terhipnotis oleh itu

Aku dibutakan oleh cinta

Dunia serasa hanya aku dengannya

Netraku tak berhenti menatapnya

Tak bisa kulepas pandangan darinya barang satu detik

Aku tidak tahan untuk mencintainya

Semua rela kuberikan padanya, sang pujaan hatiku


Hari-hari suramku terasa indah dengan kehadirannya

Mendengar suara beratnya

Menatap siluet tinggi tegap itu

Dengan wajah nan rupawan

Pertanyaan bermunculan di kepalaku

'Bisakah?'


Tidaklah lama, sama sekali tidak lama

Tuhan menyadarkanku dari kebutaan karena cinta

Cinta terlarang

Dan aku bersyukur

Namun juga menyesal

Ia bukanlah orang yang pantas untukku

Berkali-kali kucoba menggapainya

Berbicara dengannya

Mencuri-curi waktu berdua dengannya

Hanya dengan alasan tugas

Namun ternyata

Aku tidak yakin ia memiliki perasaan yang sama layaknya diriku untuknya


Aku memutuskan untuk menjauhinya

Sebelum hatiku tersakiti begitu dalam kembali

Layaknya sebelum-sebelumnya

Dan aku tidak ingin itu terjadi lagi

Lebih baik aku pergi daripada kita berdua yang tersakiti

Tidak, cukup aku saja

Aku tidak pernah ingin menyakiti orang lain

Aku sudah membulatkan tekadku

Namun takdir, siapakah yang tahu?


Hari itu, hari yang membuatku terkejut bertubi-tubi

Hatiku berbunga-bunga

Gembiralah sanubariku

Tiba-tiba ia menyapaku

Setelah kuputuskan menjauhinya, ia menyapaku

Dengan senyum terpatri di wajah rupawannya

Ah, apakah takdir sedang mempermainkanku dengan mudahnya?

Dan dengan mudahnya pula aku jatuh lagi

Hanya dengan segaris senyum dan sapaan bernada hangat

Aku terjatuh lagi

Dalam pesonanya


Dan aku benar-benar tidak mengerti

Seperti apa jalan yang sedang dibuat Tuhan untukku?

Apa yang Tuhan inginkan?

Seorang sahabatnya, mengatakan padaku bahwa aku sudah menjadi sahabatnya juga

Aku terkejut

Kuarahkan pandangan terkejutku padanya

Ia hanya diam, dengan senyum di wajahnya, mengalihkan pandangan dariku


Benarkah hal itu, wahai pujaan hatiku?

Tidak salahkah itu?

Atau itu hanya sekedar jebakan saja?

Agar aku terjatuh semakin dalam dalam pesonamu?

Aku sudah memutuskan menjauh darimu, dan sekarang kau menarikku kembali mendekat

Tolong, jangan lakukan itu

Jangan buat luka di hatiku semakin sakit

Jangan buat pengorbananku menahan perasaan ini sia-sia

Jangan buat aku terluka lagi


Dan benarlah hal itu

Semesta sedang bermain-main denganku

Ia mengikatku dalam sebuah ikatan, persahabatan

Kisah ini akan semakin rumit

Bagai labirin yang tidak ada ujungnya

Dan pada akhirnya biarlah kita menjadi sahabat

Namun izinkan aku menjaga jarak amanku denganmu

Agar tak ada kesalahpahaman diantara kita

Kumohon, jangan ada yang terluka

Wahai sang pujaan hati


Comments

Popular Posts