REKAP 2023: KEHIDUPAN PRAJURIT KADET


Hai, aku Ratri. Aku tahu mungkin ini agak terlambat. Atau mungkin sangat terlambat. Ya, aku tahu, maafkan aku. Kegiatan kuliah Kedokteran Militer disusun cukup padat, sehingga aku merasa tak punya waktu me time untuk diriku sendiri, walaupun sebenarnya sejak dulu aku ingin sekali mengarsipkan ceritaku dalam bentuk tulisan, atau jika bisa komik. Cerita ini berisi keseharianku sebagai Kadet Mahasiswa FKM UNHAN RI Cohort 4, dari perspektif Prajurit Kadet. Ini kuceritakan berdasarkan apa yang kualami, kulihat, kurasakan sendiri selama menempuh pendidikan kurang lebih 4 bulan di sini, semester pertamaku.

 

Kehidupan kami memang berbeda dari mahasiswa lain di luaran sana. Awalnya kurasa, mungkin hanya sedikit berbeda, tetapi kelamaan kurasa, sangatlah berbeda. Upacara penutupan Diksarmil sekaligus pelantikan kami sebagai Sersan Dua Komcad di Akademi Militer Magelang pada tanggal 25 Agustus 2023 sekaligus menandakan bahwa kami harus sadar dari dunia ‘ilusi’ ini dan bangun menyambut kenyataan yang sebenarnya. Sebentar lagi aku akan kembali ke di mana aku seharusnya, yaitu Universitas Pertahanan Republik Indonesia. Kugendong tas Korea dan plunyusakku yang beratnya kurang lebih 20 kg, kutatap sebentar gerbang Akmil. Dalam hati kuberkata, ”Terimakasih banyak atas semuanya. Aku janji, suatu hari nanti, aku akan kembali.”

 

Pertama kali aku menginjakkan kaki kembali di tempat ini, saat itu tanggal 26 Agustus 2023, jam 04.00. Kami disambut oleh pengasuh dan PJS PAM di lapangan apel Mess Srikandi, diawali dengan ceramahan oleh pengasuh. Setelah mendapat petunjuk tentang pembagian kamar, aku segera menuju kamarku. Kamarnya masih sedikit berantakan karena tadinya itu tempat tinggal sersan, yang kini berpindah ke Gedung A Srikandi. Hari pertamaku di UNHAN kuawali dengan semangat. Aku ikut serta juga membantu sersan mengangkat-angkat barang dan berkenalan dengan banyak senior.

 

Ada waktu kurang lebih seminggu, dari kedatangan pertama sampai pada kuliah semester satu dimulai pada 4 September 2023. Dan seminggu itu digunakan untuk orientasi medan dan lingkungan. Kami diambil alih oleh PJS PAM Sersan Kadet dan Kelompok Komando Batalyon Remaja Sersan Mayor Dua Kadet. Di sana kami disiapkan untuk upacara pembukaan pendidikan yang diresmikan oleh Wamenhan Herindra. Kegiatan berjalan sangat padat. Kami bangun pagi buta, jam 03.00 sebab jam 03.30 harus melaksanakan senam pagi, mendahului sersan. Ini jauh lebih pagi daripada di Akmil, yang mana kami senam jam 04.00. Setiap malam setelah apel, pasti ditutup dengan tindakan.

 

Tindakan, tindakan, tindakan. Setiap perpindahan pasukan, kapanpun, di manapun selalu ditindak. Ada saja kesalahan kami dicari. Kesalahan satu orang, walau hanya sepele dan tidak berarti, menjadi tanggungan satu batalyon. Dimulai dari penyusunan PUDD (Peraturan Urusan Dinas Dalam) lemari pakaian, PUDD meja belajar, kerapihan atribut, kebersihan kamar dan lorong, ketepatan waktu makan dan berkumpul, format apel, laporan, kerapihan pasukan, sikap, penghormatan dan masih banyak lagi teguran kami. Jika diakumulasikan, mungkin setiap jam ada saja pelanggaran kami lakukan.

 

Capek? Lelah? Dongkol? Haha, tidak. Sudah lebih dari itu. Kami sudah di tahap bosan. Kupikir setelah diksarmil, hidupku akan tenang menjalankan kehidupan layaknya mahasiswa pada umumnya. Istilahnya, goodbye militan. Tapi ternyata tidak. Kehidupan di UNHAN jauh lebih militan, padat, dan penuh dinamika. Ya, welcome to diksarmil episode kedua. Aku jadi tertawa sendiri dengan guyonan teman-temanku. “Kalau begini terus 7 bulan, kita sudah seperti PaPK, lulus letnan dua.” Ya, seduongkuolll itu. Sehari, bisalah dihitung kami push up sebanyak 200 kali, begitupun dengan sit up. Saking capeknya, adalah yang main watak, pura-pura gila, nyakit, sontoloyo gak  jelas.

 

Tetapi karena itulah, kami bertekad untuk berubah. Lewat teguran dan evaluasi yang disampaikan, kami percaya itu adalah masukan yang membangun demi kebaikan angkatan kami. Mereka, senior, pasti tidak ingin adiknya lebih buruk. Dan inilah bentuk kepedulian mereka, cara mereka untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan itu. Tidak apa, tingkat pertama memang tempatnya belajar. Di sini waktunya peralihan dari anak-anak ke dewasa. Itulah mengapa nama batalyon tingkat pertama adalah batalyon remaja. Ditindakpun bukan tanpa alasan, pasti ada efek jera di baliknya agar tidak diulangi kembali. UNHAN tempatku belajar. Bukan hanya akademik, namun juga sikap dan karakter.

 

Seiring berjalannya waktu, teguran semakin sedikit masuk untuk batalyon kami, digantikan apresiasi yang semakin banyak datang. Antara lain, prajurit yang tap-tap, tidak apatis, gesit, penghormatan bagus, prestasi dari perlombaan yang diikuti, kelancaran event parade, jajar kehormatan, dan juga mendapat pujian dari atasan (organik TNI). Aku bersyukur kami bisa berubah semakin baik. Itu artinya kami semakin dilayakkan untuk mengikuti tradisi masuk resimen. Selain urusan resimen, jadwal kuliah juga semakin padat, apalagi Kedokteran yang ujian tiap akhir modul, 2 minggu sekali, berbeda dengan prodi lain.

 

Waktu belajar pun dirasa kurang karena dinamika UNHAN tinggi sekali. Ada waktu dimana besok ujian, tetapi malamnya kami diteriaki dan dibentak oleh PJS PAM secara tiba-tiba. Kami diminta segera ke lapangan apel menggunakan baju PDL Tempur dan ditindak hingga larut, merayap, guling, merangkak, jalan jongkok, lompat kodok bolak-balik lapangan sampai elek, mau mati rasanya. Tetapi tidak apa-apa, toh aku sudah biasa di Akmil. Tindakan itu semuanya dilakukan untuk membentuk mental baja kami. Inilah yang kumaksud di awal, kuliah di sini sangat berbeda dengan mahasiswa biasa di luaran sana.

 

 Mengesampingkan semuanya, aku bersyukur bisa berkuliah di sini. Mengapa? Bayangkan, kedokteran mana di dunia ini yang gratis, dapat asrama tempat tinggal, makan dan snack dijamin tiga kali sehari, ditambah susu dan vitamin, air minum melimpah, listrik dan air tidak bayar, kamar nyaman, ber-AC, dengan kasur empuk, internet di kelas dan di mess, uang saku dan banyak lagi. Di sini aku mendapatkan kakak asuh, keluarga asuh, saudara asuh yang amat dekat denganku. Merekalah pengganti kehangatan di rumah yang selalu kurindukan.

 

Ada satu kisah menarik tentang kakak asuh resimen. Sersan Kadet Kedokteran Shafira adalah kakak asuhku, sekaligus mentor belajar. Seumur hidupku, aku adalah anak pertama. Aku tidak pernah memiliki, bahkan membayangkanpun tidak pernah sosok seorang kakak. Sepertinya aku sudah memiliki jiwa kakak sejati. Hingga di suatu hari di bulan Oktober, mau tidak mau aku harus menghadap beliau di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran untuk meminjam jas laboratorium demi kepentingan praktik modul gizi. Aku bingung. Aku tidak tahu dia siapa, melihat mukanya pun tidak pernah, nomor telepon tidak punya, berkenalan di medsos tidak pernah, bahkan kuyakin berpapasan pun tidak pernah. Tetapi kami, FK Cohort 4 harus menghadap.

 

Kami datang satu batalyon seusai kuliah sore itu, kira-kira pukul 16.00, dengan agak ogah-ogahan karena lelah dan rasa malas. Seharusnya kami sudah bisa melaksanakan apel kepulangan se-batalyon, tetapi kami menetap di kampus hingga tak tahu kapan dan ditinggal pulang prodi lain karena harus menghadap kakak asuh sersan kami. Aku masuk ke lab terpadu dengan bingung, sebab di dalam banyak sekali sersan. Di antara lautan manusia ini, yang manakah Sersan Shafira? Aku memberanikan diri meminta petunjuk salah satu sersan yang terdekat dengan pintu masuk. Dan aku melanjutkan pencarian berdasarkan petunjuknya. Aku akhirnya menemukannya, terduduk di depan laboratorium Departemen Fisiologi, sambil memanggil-manggil namaku.

 

Aku tidak tahu dari mana dia tahu namaku, dan segalanya tentangku, sedang seperti yang kubilang tadi, berpapasan saja bahkan belum pernah. “Tessa, sini!” panggilnya. Aku memperkenalkan diriku. Selanjutnya benar-benar tidak ku-expect. Perintah pertama yang ia perintahkan padaku di pertemuan pertama kami adalah, “Habiskan bolu ini!” Aku menatap brownies tersebut horor. Dengan halus aku menolak, namun dia terus memaksa. Dengan malu-malu, aku melakukan seperti apa yang diperintahkannya, sambal mengobrol banyak hal tentang diriku dan dirinya. Kami saling mengenal dengan baik.

 

Sersan Shafira berusaha mengorek informasi tentang diriku, ia ingin mendekatkan diri denganku, adik asuhnya. Dan juga dengan gamblang, orang yang kelewat extrovert ini mengajakku berkeliling lab dan mengenalkanku kepada semua teman-temannya, sebagai adik asuh kesayangannya. Aku benar-benar malu. Ya, berkat itu juga aku dikenal oleh semua sersan. Setiap aku diminta menghadap, dia akan memberitahu semua teman-temannya bahwa aku adik asuhnya, berulang kali. “Wei suh, ada deksuh gue nih!” Dan aku dikenal pula sebagai ‘adik asuh Shafira’.

 

Setiap menghadap pula, aku pasti dioleh-olehi makanan, apapun itu. Entah roti, bolu, sosis bakar, dimsum, cokelat, sebagainya. Tidak hanya makanan sih sebenarnya. Ada pula oleh-oleh soal dan rangkuman materi ujian tahun lalu sebagai bahan belajarku menjelang ujian sumatif. Benar-benar membantuku dalam mengerjakan ujian. Aku tidak tahu lagi tanpa bantuannya, aku pasti sudah stress makan PPT sebanyak 50 slide per-file-nya, apalagi dalam semalam. Dia juga yang sering menge-chat-ku sekedar untuk menanyakan kabarku dan memberi semangat, atau sekedar bercerita kesibukannya, informasi lomba, tips belajar, meminta tolong atau bahkan hal sepele yang tidak penting tentang keluarganya. Tetapi itulah cara dia maupun aku mendekatkan diri.

 

Di dalam dia, aku temukan sosok seorang kakak. Kakak yang bersedia mendengarkan apapun keluhan adiknya, yang bangga akan adiknya, sebiasa apapun adiknya, yang mau memperbaiki kekurangan adiknya, sosok yang tak pernah aku temukan selama hidupku. Selama ini, aku yang ada di posisi itu untuk adik-adikku. Dan aku sangat bersyukur karenanya. Aku memiliki keluarga dan tempat pulang di sini. Walau kuakui dia agak aneh dan cerewet, tapi dia tetap kaksuhku dan aku deksuhnya sampai kami lulus, bahkan sampai di dunia kerja nanti. Ya, itulah secuil kisah keunikan UNHAN, yang mungkin tidak akan kutemukan jika aku berkuliah di perguruan tinggi biasa.

 

Jika kau bertanya mengenai sistem kuliah, mungkin kurang lebih sama, hanya saja materinya memang sedikit dipadatkan. Semester satu bebas dari modul klinis, kecuali Gizi dan Kesehatan. Di semester satu, isinya adalah softskill keterampilan dokter. Intinya, kami membedah Standar Kompetensi Dokter Indonesia, ditambah dengan muatan lokal Ilmu Kedokteran Militer sebagai pembuka. Terdapat juga Mata Kuliah Umum seperti Sejarah Perang, Pancasila, PPKn, Agama, Matematika Kesehatan Militer dan Dasar Filsafat Pertahanan. Sebenarnya masih mudah, hanya saja prajurit memiliki banyak kegiatan dinas luar-dalam dan perintah operasi resimen yang harus dilaksanakan sebagai sampingan. Tetapi itu tidak mengganggu kegiatan akademik kami, dan keduanya berjalan beriringan dengan baik.

 

Apa yang membuat Kedokteran berbeda adalah adanya tutorial. Tutorial adalah suatu kelompok belajar kecil yang terdiri dari 10 orang, dimana di sini kami mendiskusikan lebih dalam mengenai pembelajaran dari dosen yang telah kami terima, dan mempresentasikannya kembali di hadapan dosen fasilitator tutorial. Dosennya juga sangat amat baik sekali pada mahasiswanya, mengajar dengan perlahan dan runtut. Tak hanya itu, dosen, organik TNI maupun PNS Kemhan di sini juga menempatkan diri mereka sebagai pengasuh sekaligus orangtua kami. Sehingga tak hanya mengajar, namun juga bertanya keluhan serta keadaan kami. Tak jarang, dosen juga menasihati kami usai mengajar, atau bahkan rela datang dari tempat prakteknya yang jauh hanya untuk memberi pengasuhan.

 

Di akhir pekan, biasanya diisi dengan kegiatan resimen yang bertujuan membina fisik, maupun bonding antara senior dan junior. Seperti misalnya kegiatan olahraga bersama sersan, pertandingan sepak bola long march hutan PMPP TNI, dan kumpul keluarga asuh. Semuanya tak terasa melelahkan, namun dengan gembira. Mereka semua baik, seperti kakak dan abang kami sendiri. Bahkan kami diizinkan memanggil mereka dengan sebutan ‘Kakak’ atau ‘Abang’, menghilangkan perbedaan pangkat kami. Tak hanya itu, mereka juga seringkali memberikan makanan untuk kami nikmati bersama, mengobrol banyak tentang kehidupan pribadi, bahkan seringkali kami diundang ke kamar mereka.

 

Untuk kegiatan angkatan sendiri, ada bimsuh (bimbingan pengasuhan), kumpul angkatan dan olahraga bersama se-batalyon bersama Pokdoyon Remaja. Tujuannya, agar walaupun kami berbeda-beda prodi, namun kami harus tetap merasa satu keluarga sebab kami se-letting, serasa sepenanggungan, teman seperjuangan dalam suka duka. Kami telah melewati kesulitan, lika-liku perjuangan di Akmil, ditindak bersama, capek bersama, tertawa dan menangis bersama, dan saling menguatkan. Kumpul angkatan adalah waktu terbaik untuk saling mengenal teman-teman kami, evaluasi dan menyuarakan aspirasi untuk kebaikan angkatan kami ke depannya.

 

Intinya, aku sangat bersyukur bisa kuliah di sini. Tuhan memberikan tempat terbaik untukku belajar kedewasaan, dan masa depan yang cerah untukku. Satu hal kusadari. Saat ini, aku berusaha mati-matian demi masa depanku, bukan masa depan mereka. Apa yang kulakukan saat ini, kupercaya akan berbuah manis di masa depan. Bagiku, lebih baik mata merah daripada nilai merah. Lebih baik lelah belajar saat ini, dari pada nanti lebih lelah lagi jika tidak belajar. Terimakasih.

 

 

 

 

Comments

  1. Keren ca, luar biasa. Tetap semangat dalam perjuangan. Tetap sehat, lancar, dimudahkan dan berprestasi. Amin

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts