DIARY VALENTINE

 

Hai, guys. Sebenernya aku gak usah lama ya berbasa-basi di sini karena jujurly, sebenernya basa-basi itu capek, tapi ya jalanin aja, ye kan. Pertama, aku mau memperkenalkan diri dulu. Aku adalah seorang mahasiswi semester 4 di sebuah universitas di Bogor. Terus? Ya gapapa, mau kasih tahu aja pekerjaan sehari-hariku. Sebagai mahasiswa, kan hectic nih ya, ada kalanya kita sibuk banget, ada kalanya kita kosong sekosong-kosongnya. Nah di situlah aku mulai mengalami dilemma. Di waktu kosong itu. Ya, kalo lagi sibuk boro-boro mikir dilemma, mikir tidur aja gak sempet.

 

Hidup di kampus ini, yang setiap harinya ketemu dia lagi dia lagi, kayak gak ada manusia lain, emang bikin agak bosen, ditambah aku yang jarang keluar. Sekalinya keluar ya quality time bareng keluarga. Sebenernya dalam hati males, tapi pengen refreshing aja karena aku sejarang keluar itu. Jadi pas ada kesempatan, lagi kosong nih, gaskan lah keluar ke mana kek. Ya, itu sedikit bahas tentang “jarang keluar”. Ketemu temen-temenku yang itu-itu aja, dengan sifat luar dalam yang kukenal baik, masalah dia, segala, sampai sedalem-dalemnya, kadang emang bikin jenuh (kalau dipikirin, kalau gak ada waktu buat mikir yaudah aja). Ada kalanya lagi gak pengen ketemu orang-orang itu sampai badmood amat sangat kalau ketemu dia dia lagi.

 

Dengan latar belakang kayak gitu, aku tentu pengen dong nyari di luar, ye kan. Gimana caranya anak yang sejarang keluar ini mencari “orang baru” di dunia luar? Ya lewat aplikasi yang bernama “Instagram”. Di titik inilah aku mulai meng-install IG dan entah kenapa jadi getol, tapi cepet bosen juga karena muak(?) dengan kehidupan palsu yang seringkali ditampilkan. Kayak, kok jadi aku merhatiin hidup orang lain? How about my own life yang aku sendiri gak pernah ekspos ke luar karena aku juga mikir, for what? What’s the purpose gitu loh buat orang yang ngeliat kontenku? Kalau kayak campaign, misal postingan CIMSA or TBM, ya aku dengan senang hati repost di SG dengan tujuan edukasi dan must-to-know oleh orang lain, tetap sopan dan cocok untuk siapapun yang lihat SG-ku dari segala kalangan. Kalau fotoku sendiri, yang nggak ada hubungannya sama instansi atau suatu organisasi ya males aja di-post.

 

Balik lagi ke topik Instagram yang tadi. Nggak ada yang salah dengan aplikasi ini, menurutku bagus jika dipergunakan dengan baik. Berkat aplikasi ini juga, aku tetap terhubung dengan kawan jauhku yang mana kami sulit sekali untuk bertemu dan jadinya hanya bercengkerama sebatas di Instagram. Selain itu aku juga bias berteman dengan orang baru yang memiliki hobi yang sama denganku. Ngomongin IG nih, aku sebagai anak ABG yang lagi di masa mudanya tentu juga pengen menikmati nikmatnya masa remaja. Walaupun aku sadar, dengan kondisiku sekarang yang jarang bias keluar, rasanya itu akan sulit berhubungan dengan dunia luar dan menikmati masa remajaku.

 

Bukan sekali, berkali-kali aku mencoba peruntungan, entah gimana caranya, aku rasanya ingin memiliki sesuatu yang identic dengan masa remaja yakni “pacar”. Tapi hasilnya nihil. Pacar saat ini seolah suatu kebutuhan yang “sekunder” bagi remaja zaman sekarang. Ada kawanku yang bilang, kalo istilah pacar zaman sekarang itu hanya sebagai “hiasan” semata agar gak dikatain “jomblo” atau gak laku. Hampir semua orang yang kukenal memiliki pacar. Sampai ada titik dimana aku ngerasa, “Kok aku gini amat ya? Apa aku juga harus sama kayak mereka? Gimana sih rasanya punya pacar? Apa seindah itu, ya, sampai semua orang mau punya pacar?”

 

Aku sih tipe yang bodo amat, ya. Pokoknya aku sekarang mau focus dengan karier dan studiku dulu. Tahun 2025 ini aku ingin sibuk meng-improve diri dengan banyak skill baru demi masa depanku yang lebih baik. Aku berusia 20 tahun 2 bulan lagi, sudah kepala dua, sudah makin dewasa dan semakin matang dalam menghadapi kehidupan. Yok, tetap semangat walau butuh libur wkwk.

Comments

Popular Posts