PARADE SENJA AKMIL 2025




Hallo, Indonesia.

Kembali lagi dengan aku, calon dokter muda yang keren abis hehe. Ya, jadi ini kubuat semacam lyfe update saja, karena banyaknya kegiatan yang sungguh-sungguh padat sepanjang hari kemarin. Ya, jadi kemarin memang aku menjalani liburan semester yang kira-kira hanya seminggu (emot sedih menangis tersedu). Ya, tapi bagaimana lagi. Membicarakan soal akademik, sebenarnya aku sudah libur banyak kali kemarin, contohnya libur sebulan karena parade defile HUT TNI 79 kemarin, libur Nataru, LWE ini, LWE itu yang menurutku aku sudah cukup puas dan saatnya kembali lagi ke kehidupan sebenarnya sebagai seorang kadet mahasiswa fakultas kedokteran (semingit).

 

Ya, aku mau sedikit bercerita saja tentang pengalamanku yang sebenarnya lebih ke luar biasa tetap semangat unexpected habis. Siapa yang menyangka, kamu sedang di Jakarta siangnya, sedang bengong di tengah hari bolong tanpa ada yang tahu bahwa malamnya kamu sudah di Magelang (menangis). Ya, itu aku berhari-hari yang lalu. Jadi begini awalnya, awal yang mengawali segalanya. Hari Sabtu itu, tanggal 23 Februari 2025 kebetulan aku mendapatkan jadwal pesiar. Kupikir, ya sudah pesiar saja, toh aku gabut kan karena sudah libur semester. Kelas sudah kosong sejak Jumat. Aku berangkat pesiar dari mess jam 13.00, dijemput oleh mama dan bapak. Kebetulan juga aku baru melakukan kepindahan ke mess baru pada minggu yang sama sehingga aku berpikir untuk membeli kebutuhan mess.

 

Aku berangkat pesiar bersama dua kawanku, Zefanya dan Resti ke Mall Cibinong City Mall (CCM), karena memang mengejar Mr. DIY untuk membeli peralatan rumah tangga. Kami pesiar sampai kira-kira pukul 18.00. Saat aku sedang melihat-lihat Guardian, tiba-tiba saja sebuah notifikasi masuk dari grup angkatan. “Seluruh kadet putra dan putri segera melaksanakan kepulangan dari pesiar. Apel dimajukan jam 19.00 dan jam 20.00 seluruhnya berbaris di Lapangan Rektorat,” demikian bunyinya. Kami pun panik. “Wah, ada apa ya? Harus segera pulang, nih,” pikir kami. Tanpa piker panjang kami segera meninggalkan TKP dan kembali ke mess. Perintah sempat berubah beberapa kali, dari yang tadinya putra-putri, menjadi putra saja, kemudian kembali putra-putri lagi.

 

Sampai sana, ternyata kami disortir berdasarkan ketinggian badan. Dan benar saja dugaan kami, kami dilibatkan pasukan yang akan diberangkatkan ke Akademi Militer Magelang dalam rangka Parade Senja Retret Kepala Daerah yang sudah beberapa hari berlangsung. Akmil? Wah, mau banget kembali ke sana. Jujur aku rindu sekali dengan tempat itu, tempat pendidikan pertama yang menjadi titik balik kehidupanku, seorang anak yang waktu itu baru beranjak dewasa. Karena saat plotting aku masuk pasukan, saking excitednya aku sudah packing rapi dan tinggal berangkat malamnya. Wah, ternyata takdir berkata lain. Aku batal berangkat karena di hari Minggu besoknya, diumumkan nama-nama fix A1 yang benar berangkat di hari Senin siang, yakni hanya satu peleton putri, dari yang tadinya satu kompi. Bagaimana perasaanku? Jujur, kecewa. Ya, sebatas itu. Aku dengan berat hati kemudian meng-unboxing lagi tasku dan merapikan kembali. Oke, mungkin memang kali ini belum rezekiku, mungkin aku kembali lagi ke sana saat PaPK.

 

Sebagai gantinya, aku dilibatkan dalam pasukan penyambutan Duta Besar Rusia di Kementerian Pertahanan. Keberangkatan di hari Senin dalam rangka gladi bersih hampir bersamaan dengan yang ke Akmil. Namun kami pasukan Kemhan bermain di hari Selasa. Ya, intinya begitu, sebenarnya aman-aman saja sampai sini, sumpah. Sampai pada saat ketika aku kembali lagi dari menjadi pasukan, setelah berpanas-panas ria, ternyata oh ternyata aku dikejutkan dengan sebuah berita. Ya, aku memang tipe orang yang tidak suka jajan, jadi sambil menunggu kawan-kawan yang juga jajar kehormatan di lorong aula, aku hanya duduk beristirahat di Aula Tendean. Ya, dan benar saja. Tiba-tiba teleponnya berbunyi. “Tessa, siap-siap, ya. Malam ini kita ke Akmil!” seru Resti dengan nada panik. Aku terkejut, saking terkejutnya sampai terdiam tidak dapat berkata apa-apa. “Hah!? Seriusan? Kenapa?” tanyaku. “Ya, pokoknya kamu siap-siap saja. Ini aku ditelpon danyon, aku mau laporan ke penatarama dulu. Aduh, gimana nih, Tes?” ucap Resti sambal langsung mematikan telepon. Jantungku berdetak kencang, aku keringat dingin. Ke Magelang malam ini? Yang benar saja. Dikira Bogor-Magelang seperti ke Kemhan?

 

Ya, betul sekali. Ini makin-makin. Posisiku di Kemhan sampai jam 14.00 sedangkan jam 16.00 aku harus memindahkan barang-barang ke poolbis. “Mama, Bapak, kalua aku beneran ke Magelang malam ini aku bisa nangis,” kataku di telepon kepada Bapak dan Mama. Pasalnya dulu aku memang sudah packing untuk pasukan Parade Senja, sudah unpacking dengan berat hati, kemudian sekarang packing lagi dalam waktu singkat!? “Bagpipe berangkat?” tanya kawan-kawanku melihat aku resah gelisah sepanjang perjalanan. Aku mengangguk. Saat itu hujan deras dan aku harus mengembalikan senjata lebih dahulu.

 

Ya, itu cerita perjuangan untuk sampai di Magelang. Kami yang susulan, ada 16 orang dengan perempuannya hanya aku, Resti dan Angela, kami menjalani perjalanan panjang dan jauh ke Magelang menggunakan bus dengan kecepatan siput. Belum lagi kami banyak berhenti di Rest Area untuk tidur dan beristirahat. Puji Tuhan, Tuhan merestui dan kami sampai dengan selamat di jam 10.00 pagi di Akmil. Kami tinggal di Paviliun Taruni nomor 25 dan 26, di depan Café Taruna dan dekat sekali dengan Paviliun Taruna Akpol.

 

Sebuah kebanggaan bagi kami, Universitas Pertahanan bisa menampilkan bagpipe kebanggaan kami di acara sebesar Parade Senja yang dihadiri oleh Presiden langsung sekaligus menunjukkan eksistensi kami, bahwa Unhan tidak kalah keren dari instansi kawan seperti Akmil dan Akpol. Bahkan para taruna dan danmentarsis Akpol bertanya, “Kadet, itu apa? Coba mainkan,” yang membuat kami dipuji dan dikagumi. Walaupun banyak lika-liku yang terjadi, bahwa tidak semudah itu menampilkan bagpipe du acara sebesar Parade Senja. Kami mengalami dilema bahkan ketidakpastian, menunggu dan menunggu.

 

Kangen, satu kata yang menggambarkan Akmil saat aku ke sana setelah 2 tahun lamanya. Tempat itu memang kini bukan milikku, namun pernah menjadi saksi bisu perjuanganku. Akmil banyak berubah dalam 2 tahun terakhir. Paviliun SePaPK diubah menjadi bertingkat, cat yang didominasi warna hijau berubah menjadi putih, pembangunan gereja Kristen yang sudah tidak kuno ala militer lagi. Kami kembali lagi pukul 05.00 di hari Jumat, puasa hari pertama karena mengejar shalat tarawih. Ya, dan itulah pengalamanku di hari libur semester kemarin. Agak hectic dan agak jauh, sih, tapi sangat menyenangkan. Apalagi di malam hari kepulangan kami langsung apel LWE apresiasi dari. Selama LWE, aku kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga, sambil bercerita keseruan selama aku di Akmil.

 

Aku tidak sabar menanti keseruan dinas luar lainnya, semoga saja aku melalui bagpipe bias terlibat dalam event yang lebih besar lagi, amin.

 

 

Comments

Post a Comment

Popular Posts